("Ujian yang berat untuk orang yang hebat dan kuat")
.....
Kringgggggggggggggggggg,kringgggggggggggggggggg,Kringgggggggggggggggggggggggg.
Bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang sudah tiba.
....
Arumi bergegas memasukan buku-buku dan pena kedalam tas berwarna hijau pemberian ibunya.Ya,Arumi adalah gadis desa,ia berperawakan tinggi dengan tubuh ideal,rambutnya ikal,tebal berwarna hitam.Sangat manis dan juga menawan.Arumi sangat senang apabila bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring dan terdengar begitu merdu ditelinganya.Bunyi bel itu sangat mempesona,katanya.Hal itulah yang membuat ia sangat bersemangat untuk segera pulang.Namun apa yang membuat ia begitu semangat ? Tentu saja,Arumi ingin segera bertemu dengan ibunya dirumah,mencicipi makanan buatan ibunya,dan menonton film favoritnya di televisi yang sudah usang.
Ia tumbuh dengan keadaan keluarga yang sangat pas-pasan.orang tuanya bahkan tidak mampu membelikannya sepatu sekolah yang baru.Meski Arumi menggunakan sepatu bekas yang dijual di pasar loak,dan tas hijau bekas ibunya bekerja di Pabrik ikan,Arumi tetap bahagia dan ia selalu bersyukur atas apapun yang orang tuanya berikan.
Arumi adalah anak yang baik,ia juga mandiri,tidak banyak merepotkan orang tuanya.Karena Arumi tumbuh dan besar menjadi wanita yang berani dan selalu berusaha memenuhi keinginannya sendiri.
Saat ini,ia sedang duduk dibangku kelas 6 Sd,dan memang sudah seharusnya ia memikirkan masa depannnya untuk melanjutkan pendidikan di Bangku Sekolah Menengah Pertama.Ia tidak sabar ingin segera lulus dan naik ke tingkatan pendidikan selanjutnya.
Di sekolah,Arumi memiliki teman baik bernama Mei,Mei adalah anak yang baik,tetapi ia sangat berisik dan juga suka mengganggu orang lain.Mei dan Arumi sudah berteman sejak mereka duduk dibangku Sekolah Dasar kelas 4.Hal itulah yang membuat mereka berdua sangat dekat.
Berbeda dengan Arumi,Mei adalah anak orang berada,ia mendapatkan apapun yang ia inginkan sejak kecil.Orang tua Mei bekerja dengan sangat gigih demi membesarkan Mei,sang anak tunggal.Mei dan Arumi tumbuh bersama di sekolah yang sama.Mereka sangat kompak dan juga ceria.Jika sepulang sekolah Arumi harus buru-buru singgah ke warung-warung untuk mengambil kue yang dititipkan orang tuanya untuk dijual.Sementara itu Mei dijemput oleh pengasuhnya yang sudah lama merawat Mei.Mereka berdua memiliki kehidupan yang berbeda,namun Mei dan Arumi berteman dengan sangat baik,tanpa memikrikan perbedaan itu.
.....
Di hari kelulusan, Arumi dan Mei tampil dengan gaun dan mereka berdua menyanyikan lagu perpisahan untuk guru.Mereka berdua terpilih menjadi perwakilan,karena mereka selalu dianggap kompak dan ceria oleh guru-guru.Arumi dan mei juga sangat menikmati moment-moment itu.Mereka merasa sangat lega,karena perjalanan mereka selama 6 tahun sudah terbayar lunas di Sekolah Dasar ini.Namun,tatkala mereka menyanyikan lagu perpisahan tersebur,tiba-tiba,suasana menjadi haru,hening dan sunyi,karena semua murid dan guru tengah bersedih di moment perpisahan ini,guru-guru dan murid menjatuhkan air mata yang bahagia.Tak luput,Arumi dan mei juga menjatuhkan air mata bahagia,mereka berpelukan bersama.
Acara berakhir ditutup dengan penampilan grup kelas mereka yang menari dan bersuka ria dalam moment perpisahan kelas 6 Sekolah Dasar Hanggini 10. Sementara itu,Arumi,tengah duduk dibawah pohon belakang sekolah dan Mei menghampiri Arumi,dengan menepuk pundak Arumi.Arumi Merasa terkejut dan sangat jengkel dengan Mei.
"Hayoookkk,melamunin apa nih? Sahut Mei yang sedang berdiri dibelakang Arumi dengan posiai tangan yang berada di pinggang.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa,Kamu ini Mei,ngagetin saja!."Arumi hampir saja tersungkur,karena pundaknya ditepuk oleh Mei.
"Hahaha,maaf,Rum,lagian kamu sih,ngapain duduk disini? Dibawah pohon lagi,apa kamu gak takut ya?" Ledek Mei dengan tawanya yang menggema.
"Takut kenapa? Kamu ini sudah lupa ya? Aku ini kan perempuan pemberani .!"Arumi merasa sangat percaya diri atas omongannya,hal itu membuat Mei ingin tertawa.
"Aduh,nona,Mana aku tahu,aku ini sangat tau,kamu ini wanita yang tidak berani, dengan cacing tanah saja,kamu takut Hahaha." Mei berusaha mengejek Arumi agar Arumi merasa Kesal.
"Enak saja,kamu ini teman macam apa ?" Ujar Arumi.
"Teman macam apa ? Tentu saja aku teman baikmu,Haha" Timpal Mei sekali lagi.
"Tidak-tidak,kau itu bukan teman yang baik,teman yang baik tidak akan mungkin meledek temannya sendiri" Arumi menjelingkan matanya kepada Mei,sebagai tanda bahwa Arumi ingin menantang Mei.Mei yang tidak mau kalah pun menatap tajam kepada Arumi.
"Awas saja kamu ya,aku tidak mau menemanimu jika kamu kebelet pipis" Sahut Mei dengan muka yang menahan tawa.
"Aaaaaaaaaa,iya iya iya,Mei teman baiknya Rumi...." Arumi mengalah dengan Mei.
"Akhirnya,nona ini mengalah juga,Hahaha"
Mei tertawa puas melihat kartu temannya itu dibuka.
"Hihhh,awas saja kamu ya,kalau bukan karna itu,aku gamau mengakuimh.karena dia itu sangat menyebalkan jika aku sedang tidak ingin bercanda".Arumi bergumam dalam hati.
Kemudian,keduanya bergegas pergi ke gerbang sekolah,karena sekolah sudah sepi dan hampir tidak ada satu orang pun disana.
....
Arumi memang sengaja tidak ingin pulang buru-buru kali ini,karena ia merasa sedih,didalam hatinya begitu pilu mendapati kenyataan bahwa ia tidak bisa lanjut sekolah ke jenjang selanjutnya,Hal itulah yang membuat Arumi merenung dibawah pohon belakang sekolah.
Sebenarnya,Arumi menangis sejadi-jadinya dibelakang sekolah,sendirian.Ya,selain ia merasa sedih karna sudah lulus,ia juga merasa sedih karena ternyata ia tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.Hal itu karena ia tidak sengaja mendengar pembicaraan ibu dan bapaknya di dapur.Semenjak itu,Arumi benar-benar bingung harus berbuat apa.Arumi tidak bisa menceritakan hal ini kepada teman baiknya,Mei.karena Arumi memang sangat suka memendam sesuatu sendiri,ia selalu merasa tidak mau merepotkan orang lain,apalagi teman baiknya,Mei.Kesedihan didalam hati Arumi ternyata membuat ia menjadi murung tidak seperti biasanya.Ia lebih suka termenung sendirian,tidak mau bermain dan tidak mau keluar rumah.
"Rum," sapa ibunya...
"Hemm,,,ya bu" Arumi menjawab dengan nada yang lesu.
"Kamu ini kenapa to Rum?" Ibu Arumi berusaha mengajak Arumi bicara.
"Rum ndak kenapa-kenapa kok bu...."
"Oalah,kalau ndak kenapa-kenapa,kok kamu mukanya sedih begitu ?"
Dengan nada keheranan,ibu Arumi terus saja bertanya.
"Ndak bu,Rumi baik-baik aja,Rumi cuma mager."
"Oalah kamu ini nak nak,Mager mager,mager itu opo to nak ?
(Mager- mager itu apa nak ?)
"Eh hehe,itu lho buk,Malas Gerak..." Jawab Arumi dengan muka yang sedikit memerah.Maklum saja,ibu Arumi tidak berpendikan tinggi,jadi tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang ada saat ini.
"Oalah,itu to ndok? Ibu kira apa haha.Ya sudah,ibu mau ke belakang dulu,mau masak"
"Iya buk,Rumi gabisa bantuin ibu,maaf ya"
"Ndak apa-apa nak,tiduran saja,kamu pasti lagi tidak enak hati to ?"
"hehe,ibu tau saja,Rumi cuma lagi Mager,mager buk hehe"
"Yoweslah nduk,terserah kamu saja"
"Matur nuwun(terimakasih) ya bukkkkkkkkk, Rumi sayang ibukkkk" Sambil berteriak,Arumi berusaha tetap ceria didepan ibunya.
Setelah ibunya beranjak pergi dari kamarnya.Arumi kembali bersedih,dan rasanya hatinya itu ingin keluar dari tempatnya.Ia tidak ingin ibunya mengetahui kalau ternyata Arumi sudah tau kalau ia tidak akan lanjut ke Sekolah Menengah Pertama,karena ibu dan bapaknya tidak punya biaya.Jadi,Arumi hanya bisa menangis dan bersedih hati didalam kamar,sambil memikirkan solusi-solusi yang mungkin akan dia temukan dikamar yang dindingnya sudah reot ini.
Sambil menangis,Arumi seketika teringat pesan ibu gurunya di sekolah.Ibu guru Arumi itu bernama Ibu Nora,Ibu Nora adalah wali kelas Arumi,beliau sangat baik dan juga pengertian.Suatu ketika,Ibu Nora pernah berpesan kepada Arumi,kalau Arumi harus rajin belajar,karena Arumi adalah gadis yang pintar,Ibu Nora berharap ia bisa melanjutkan pendidikan hingga tingkat tertinggi agar Arumi bisa mencapai cita-citanya.Arumi yang mengingat semua itu,seketika ia bangkit dari tempat tidurnya dan duduk sambil melihat jendela kamarnya yang sudah dipenuhi dengan debu.Lagi-lagi keadaan memaksany untuk menyerah
"Rumi,,,rumi,,malangnya dirimu..."ucap Rumi sambil mengusap rambutnya dengan acak...
"Jangankan sekolah Rum,jendelamu saja sudah reot begitu,usang,penuh dengan debu..." Arumi melanjutkan lagi,ia seolah berbicara dengan dirinya sendiri.
"Harusnya aku ini ndak boleh patah semangat,Ada ibu dan bapak yang harus aku bahagiakan,kalau bukan Rumi,siapa lagi to ?"
Kali ini Arumi berbicara didepan cermin berukuran sedang disamping lemarinya yang sudah separuh dimakan rayap.
Lalu,tanpa Arumi ketahui,ternyata Mei sudah berada di luar jendela kamarnya.Mei mendengar semua celotehan teman baiknya itu.Ada perasaan bingung didalam hati Mei.Sebenarnya Maksud kedatangan Mei ingin mengajak Arumi bermain,dan hendak mengagetkan Arumi dari jendela milik kamarnya.Alih-alih mengagetkan,Mei malah mendengar suara Arumi sedang menangis,dan berbicara sendiri didepan kaca,seperti orang yang sedang patah hati saja,pikir mei..Hati Mei seakan sedih dan bercampur aduk,ia merasa gagal menjadi teman baiknya Arumi,karena ia tidak mengetahui bahwa saat ini Arumi tengah bersedih dan mungkin sedang ada masalah besar dalam hidupnya.
Tanpa basa-basi,Mei pun mengetuk pintu rumah Arumi beberapa kali.
"Arumi........"
"Rum,ini aku Mei...apa boleh masuk ?" Sahut Mei.
Tak lama terdengar langkah kaki,dan membuka pintu...
"Eh,Mei...masuk sini"Arumi mempersilahkan Mei masuk.
Dengan segera Mei langsung masuk kerumah Arumi.
"Rum,kok kamu engga pernah keluar lagi sih ? Semenjak lulus?"Tanya Mei yang masih penasaran dan mencoba mencari jawabannya dari Arumi.
"Itu lho,Mei.Kurang enak badan aku..." Jawab Arumi berbohong.
"Oalah Rum,Rum.Muka mu itu lho,sehat-sehat saja keliatannyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..." Mei menyentuh dan menarik pipi Arumi yang chuby dengan kencang.
"Aaaaakk,kamu ini ya Mei,gak pernah sehari aja ndak gangguin aku.." Arumi sebel dengan Mei yang selalu menarik pipinya...
"Ya kamu lho,Rum,mau bohong sama aku,kamu pikir aku ini mudah dibohongi apa ?"
"Bohong opo to,Mei?Ujar Arumi
(Bohong apa sih mei?)
"Halah,kamu itu enggak usah pura-pura sama aku,aku ini bukan temanmu yang baru sehari kamu kenali.." Geram Mei yang merasa semakin penasaran.
"Aduh,kamu ini to Mei,Mei.gak bisa sehari aja ndak mengganggu aku..."
"Kamu ini enggak menggangap aku ya Rum?"
"Lho kok ngomongnya begitu,Mei? "
"Ya abisnya,kamu itu Lho,Gamau cerita sama aku..."Sahut Mei yang merasa jengkel..
.......
"Rum....."
"Ya,,,,,,"
"Rumiiiiiiiiiiiiii" Mei berteriak memanggil nama Arumi ditelinga Arumi.
Seketika Arumi kaget dan berteriak kembali.
"Opo to Meiiiiiiiiiiiiiiiiiiii,sakit ini lho telingaku"
"Ya,abisnya kamu itu lho,Rum.Enggak Peka"
"Peka opo to,Mei ?"sahut Arumi sambil memegang telinganya.
"Sudah-sudah,jangan berdrama lagi,aku enggak mau basa basi"
Tegas Mei yang ingin bertanya langsung kepada Arumi.
"Hei,Nona.Kamu itu sedang ada masalah apa ?" Tanya Mei didepan wajah Arumi.
Arumi berdiam diri,hampir 1 menit,ia menunduk,dan tiba-tiba,air matanya jatuh begitu saja ketika teman baiknya itu bertanya mengenai masalah apa yang sedang ia hadapi.Arumi begitu sedih,hatinya begitu sakit,ia merasa benar-benar kecewa dengan keadaan.Mei yang merasa Arumi sedang bersedih hati,akhirnya merasa lega,setidaknya ia bisa melihat Arumi jujur dengan perasaannya,tidak berusaha berpura-pura menyembunyikan airmatanya yang sudah tidak dapat lagi terbendung dibawah kelopak matanya.Mei memeluk teman baiknya itu,dan suasana pun menjadi haru,Air mata Arumi membasahi bajunya yang sangat lusuh,Mei baru menyadari bahwa temannya yang selalu ceria ini,sedang tidak baik-baik saja,Mei tau betul bahwa Arumi adalah anak yang kuat,ia begitu mandiri karena tuntutan keadaan keluarganya yang serba pas-pasan,bahkan lantai rumah mereka saja ketika dilewati akan berbunyi,pertanda lantainya sudah cukup tua.Seketika Mei merasa ia bahkan harus belajar bersyukur karena dirumahnya ia memiliki segalanya,apapun yang ia mau akan dibelikan oleh orang tuanya,apapun itu.
Sepuluh menit berlalu,Arumi sudah sedikit lebih tenang.Mei memberinya segelas air yang ia ambil dari dapur.Mei memberikan gelas itu kepada Arumi yang sekarang posisinya tengah berbaring.Arumi menerima gelas itu dan duduk bersandar di dinding kamarnya.
"Rum,gimana ? Sudah lebih tenang?"
Tanya Mei yang ingin memastikan keadaan emosional temannya itu.
(Arumi mengangguk)pertanda ia sudah sedikit lebih baik dan merasa tenang.
"Maaf ya,Rum,aku engga tau apa masalahmu,tapi apapun itu,pasti berat banget kan buat kamu?"
"Ndak apa-apa Mei,aku sudah sedikit lebih baik,maaf ya,aku jadi Baper(bawa perasaan)."
"Sebenarnya,kamu itu sedang ada masalah apa sih,Rum ?"
Arumi melempar pandangannya ke luar jendela,sambil meneguk air putih yang diberikan Mei lima menit yang lalu...
"Mei,..."
"Iya,Rum"Mei memegang kedua tangan Arumi,dan bersiap mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Arumi dengan seksama...
"Kayaknya,aku ndak bisa lanjut ke Smp,Mei.."ucap Arumi lirih
Mei yang mendengar itu,langsung menunduk,ia teringat,ia dan Arumi sudah berjanji akan masuk di sekolah Impian mereka,dan sekarang Mei mengerti mengapa teman baiknya itu sangat sedih,bahkan menangis tersedu-sedu..
Sementara Arumi,ia tidak sanggup menjelaskan apa penyebabnya,Ia tau,pasti Mei mengerti permasalahannya.
"Rum,karena biaya ya ?"Tanya Mei.
"Iya,Mei.."Arumi tertunduk lesu dan berkali-kali ia menahan air matanya untuk jatuh kembali.Namun usahanya sia-sia.Kali ini air matanya jatuh dan mendarat di pipi chuby nya dan tak bersuara,karena Arumi menutup mulutnya dengan kedua tangannya..
Hal itulah yang membuat Arumi terus saja berfikir sepanjang malam,kali ini,permasalahan yang ia hadapi benar-benar serius,ini menyangkut masa depannya,masa depan milik seorang Arumi Anggraini,gadis desa yang bercita-cita ingin menjadi seorang desainer muda...
Malam pun menghampiri,Mei pamit pulang sambil memeluk kembali tubuh ideal teman baiknya itu.dan meminta agar Arumi bersabar atas setiap ujian yang Tuhan berikan padanya.
Keesokan harinya,
Arumi sudah bangun pagi-pagi sekali,kali ini ia lebih bersemangat dari hari-hari biasanya.Entah angin apa yang membuat Arumi tiba tiba kembali bersemangat,padahal sejak kemarin ia terus menangis dan tidak mau keluar kamar dan bermain.Berbeda dengan pagi ini,Arumi tampak lebih ceria dari-hari biasanya.Arumi sudah mengerjakan pekerjaan rumah,mengambil air untuk keperluan mandi,dan minum.Kemudian ia sudah sangat rapi lengkap dengan celana training,baju kaos lengan panjang berwarna hijau,Arumi tampak lebih segar.
"Rum,mau kemana to nak? Pagi-pagi sekali ? ", Tanya ibu yang kebingungan melihat Arumi yang sudah sangat rapi di jam 6 pagi.
"Eh ibu,.ini Rumi mau ke pasar to buk.."Jawab Arumi,sambil membenarkan ikatan rambutnya yang sedikit terlepas.
"Rumi mau kepasar? Kok ndak bareng sama ibu?",
"Rumi buru-buru buk,soalnya Rumi ada urusan hehe", Arumi yang cengengesan membuat ibunya semakin bingung.
"Yasudah,Rum,hati-hati ya,ibu mau mandi dulu",
"Iya bu,Rumi pamit dulu ya.Daaaaaaa ibuuuuukk",
Arumi berpamitan dengan ibunya,lalu ia bergegas mengeluarkan sepeda bututnya yang sudah terparkir rapi didepan rumah.Arumi segera menaiki sepedanya itu yang ia beri nama,sepeda shiva,alias shiva kw,hehe.
Entah Arumi mendapatkan energi besar apa,yang jelas hari ini ia sangat bersemangat untuk memulai harinya.Pagi-pagi ia sudah pergi kepasar untuk mencari orang-orang yang mau dibawakan barang belanjaannya.Ya,itu memang pekerjaan Arumi setiap hari minggu,tetapi pekerjaan itu akan ia tekuni setiap hari sekarang,karena ia sudah lulus Sekolah Dasar dan sekarang adalah masa liburan yang begitu panjang.Entah sepanjang dan selama apa,yang jelas hari ini telah lahir Arumi yang baru,Arumi yang gigih,dan tidak berlarut dalam kesedihan.
"Ujian yang berat untuk orang yang hebat dan kuat" ucap Arumi sambil menyeka keringatnya,setelah lelah membawa barang belanjaan ibu-ibu yang menyewa jasa angkutnya.
Arumi sadar,bahwa hidup sejatinya memerlukan pengorbanan.Keadaan yang sulit telah membentuk dirinya untuk menjadi pribadi yang tidak gampang mengeluh dan selalu mensyukuri apapun yang Tuhan beri.Arumi juga percaya bahwa suatu saat nanti,ia akan menjadi orang yang bermental kuat dan jika ditambah dengan usaha,maka bukan tidak mungkin jika ia bisa meraih dan mencapai cita-citanya.Arumi yang baru telah lahir,dan saat ini ia sedang berjuang membentuk mentalnya.Ia tidak pernah menyalahkan Tuhan yang memberikannya keadaan sulit seperti ini.Justru dengan keadaan yang sulit ini,Arumi dapat membuka matanya bahwa jika Tuhan tidak menitipkan kita harta yang melimpah,maka pasti Tuhan menitipkan kita Kekuatan yang kuat,mental yang hebat dan bahu yang tangguh.
Keadaan yang Tuhan pilih untuk kita,jangan dijadikan sebagai alasan untuk kita mengeluh dan tidak percaya kepadaNya.Tetapi teruslah berprasangka baik, bahwa mungkjn saja Tuhan ingin kita mdnjadi kuat dan juga hebat,karena mampu tumbuh didalam keadaan yang sulit dan itulah kehebatan yang sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment